Selasa, 04 Juni 2013

Menakar Ulang Makna Himpunan Mahasiswa Islam



Menakar Ulang Makna Himpunan Mahasiswa Islam
Oleh : Deni iskandar* (golerisme)
Telah kita ketahui bahwa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 M di Yogyakarta.   dalam keadaan realitas sosial yang tidak sepadan dengan semestinya.  Pada waktu itu,  terjadi penghegemonian ideologi baik dalam hal kajian dan gerakan.  Realitas sosial seperti itu menjadi jawaban yang paling kongkret atas keresahan seorang mahasiswa yang bernama Lafran Pane dengan menggagas satu wadah organisasi mahasiswa yang bernama HMI.  HMI dideklarasikan di Yogyakarta bersama 14 orang kawannya yang belajar di sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) yang sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
 Latar belakang kenapa HMI harus berdiri di antaranya : penjajahan belanda terhadap tanah air dan tuntunan perang untuk kemerdekaan,  terjadinya kesenjang sosial dan kejumudan dalam pengetahuan dan penghayatan dalam pengamalan dan memahami ajaran agama Islam,  Munculnya polarisasi politik pada waktu itu,  berkembangnya ideologi  komunis pada waktu itu,  kemajemukan bangsa Indonesia,  tuntunan moderisasi dan tantangan zaman. karena pada dasarnya pembentukan HMI mempunyai landasan epistemilogi yang kuat maka HMI dengan keidealisan dan ke independenannya dia turut an sich dalam berjuang melawan peradaban murka yang terjadi di negara indonesia. diantaranya : pase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan dan menghadapi pemberontakan dan penghianatan PKI (1947-1949),  pase tantangan I (1964-1965),  pase kebangkita HMI sebagai pejuang orba dan pelopor kebangkitan 66 (1966-1968),  pase partisispasi dalam pembangungan (1969), fase reformsasi (1998-2000) artinya ketika melihat pase perjuangan HMI dapat kita ambil benang merah dari jarum sejarah bahwa HMI bukan organisasi yang ecek-ecek tetapi organisasi perjuangan.
Pada tahun 1969-1970 HMI Cabang Ciputat telah berhasil menjadi pioner dan menjadi tauladan untuk cabang-cabang lain masa itu di sebut sebagai masa pergolakan pemikiran karna ketika melihat realitas yang semestinya HMI cabang Ciputat telah melahirkan suatu ideologi besar yaitu nilai-nilai dasar perjuangan yang di gagas oleh nur kholis madjid yang akrab di panggil cak noer . selain itu HMI Cabang Ciputat di kenal sebagai HMI yang selalu mengedepankan intelektualitas terlepas dari hal apapun baik dalam bidang keilmuan,  politik dan sebagainya dan yang menjadi catatan sejarah sampai saat ini adalah ketika tokoh dari Ciputat yang bernama kanda Nurcholis Madjid ketika menjadi ketua umum PB HMI selama dua periode.  Seiring berjalannya waktu Tradisi yang sudah terbangun pun kini harus tenggelam dan terkikis.  Oleh perdaban modern dewasa ini.  Integritas keilmuan baik itu dalam bidang kajian,  politik maupun kajian-kajian yang berbau intelektual hampir musnah,  bahkan dikatakan musnah.  Dan ini memang merupakan realitas yang tidak bisa di pungkiri karena melihat mahasiswa hari ini cenderung hedonisme, apatis dan acuh terhadap diskusi-diskusi.  
Begitu pun dengan Komisariat Ushuluddin dan Filsafat (KOMFUF) Cabang Ciputat yang harus terbelenggu melihat kader-kadernya yang keder dari kegelapan terhadap sejarah HMI kegelapan akan konstitusi HMI kegelapan akan misison HMI jika di telusuri satu persatu dari kader-kader HMI KOMFUF mungkin ada yang masih gelap terhadap sejarah, mision dan konstitusi HMI dan ini bagi penulis sendiri merupakan kekeroposan kader dan ketidakpedulian pengurus dalam membimbing kadernya. satu keniscayaan ketika kader-kader gelap terhadap sejarah, mision, konstitusi HMI kader harus berpaling dari rumahnya sendiri. karena kader pun bingung harus berbuat apa? ketika komisariat tidak melaksanakan agenda yang sudah di  programkan misalnya Lembaga riset mahasiswa Islam,  kemudian blutin mingguan dan bulanan, seminar nasional dan sebagainya.  tiba-tiba harus melakukan kaderisasi gelombang kedua bagi saya ini sudah memperkosa AD/ART HMI sendiri.  Karena sejatinya kader HMI harus memahami dan mengerti betul tentang lima materi wajib HMI yaitu : sejarah, konstitusi, mision, Manajemen kepemimpinan organisasi,  dan nilai-nilai dasar perjuangan secara komperensif. kalau pun upgreding sudah di laksanakan itu sangat kurang,  mungkin karena waktu yang sedikit,  bahkan ironisnya materi konstitusi HMI tidak di upgredingkan dan ini menghadirkan pertanyaan besar bagi kader,  ada apa di balik semua ini ? apakah ini susah budaya atau bagaimana ? kalaupun  demikian bagi  saya sendiri itu merupakan kesalahan besar.  karena bicara AD/ART bicara aturan yang di patuhi bukan bicara kebiasaan.  
Salah kaprah ketika pengurus harus mengetakan setiap komisariat mempunyai kultur masing-masing dalam Hal AD/ART.  Jika saya analogikan bahwa jika dalam agama yang menjadi patokan itu alquran dan Hadits,  dalam negara itu pancasila dan UUD begitu bpula dalam organisasi AD/ART.   ketika kaderisasi gelombang kedua terlaksana mau di bawa kearah mana kader ? HMI bukan partai bung yang fokus untuk memenangkan pemira.  tetapi HMI merupakan organisasi yang mengedepankan intelektualitas.  Dan HMI mempunyai misi yang jelas , ,  terbinanya insan akademis,  pencipta,  pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil,  makmur yang di ridhoi Allah awt”.  Jika semua kader memahami misi HMI secara komperensif dan universal niscaya kader tanpa di suruh diskusipun dia sudah diskusi.  
Dan HMI tidak mengedepankan kuantitas tetapi lebih mengedepankan kualitas.  untuk apa banyak kader ketika tidak terakomodir.  Toh sedikit kader pun  pengurus tidak mengakomodir bagaimana ketika banyak ? sebetulnya kami diam bukan berarti kami tidak kritis tetapi kami menghargai pengurus,  karena kami sebagai kader tidak akan mempunyai pemikiran kritis ketika kami tidak di LK kan oleh kalian.  Bahkan yang paling ironis kader-kader baru tidak tau kepada pengurus komisariat secara keseluruhan. inikan luar biasa.  Kami dari mahasiswa perbandingan agama menagih janji yang sudah di lontarkan kepada forum yang dijadikan sebagai program kerja komisariat pada kepengurusan tahun ini.
*Penulis adalah Kader HMI KOMFUF.  Mahasiswa perbandingan agama,  Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,  UIN Jakarta.

Ciputat Kamis 18-April 2013 
Yakin Usaha Sampai