Menakar Ulang Makna Himpunan Mahasiswa Islam
Oleh : Deni
iskandar* (golerisme)
Telah kita ketahui bahwa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan
pada tanggal 5 Februari 1947 M di Yogyakarta.
dalam keadaan realitas sosial
yang tidak sepadan dengan semestinya. Pada
waktu itu, terjadi penghegemonian
ideologi baik dalam hal kajian dan gerakan. Realitas sosial seperti itu menjadi jawaban
yang paling kongkret atas keresahan seorang mahasiswa yang bernama Lafran Pane dengan
menggagas satu wadah organisasi mahasiswa yang bernama HMI. HMI dideklarasikan di Yogyakarta bersama 14
orang kawannya yang belajar di sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) yang sekarang
menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Latar belakang kenapa HMI
harus berdiri di antaranya : penjajahan belanda terhadap tanah air dan tuntunan
perang untuk kemerdekaan, terjadinya
kesenjang sosial dan kejumudan dalam pengetahuan dan penghayatan dalam
pengamalan dan memahami ajaran agama Islam, Munculnya polarisasi politik pada waktu itu, berkembangnya ideologi komunis pada waktu itu, kemajemukan bangsa Indonesia, tuntunan moderisasi dan tantangan zaman. karena
pada dasarnya pembentukan HMI mempunyai landasan epistemilogi yang kuat maka HMI
dengan keidealisan dan ke independenannya dia turut an sich dalam berjuang melawan peradaban murka yang terjadi di
negara indonesia. diantaranya : pase perjuangan bersenjata dan perang
kemerdekaan dan menghadapi pemberontakan dan penghianatan PKI (1947-1949), pase tantangan I (1964-1965), pase kebangkita HMI sebagai pejuang orba dan
pelopor kebangkitan 66 (1966-1968), pase
partisispasi dalam pembangungan (1969), fase reformsasi (1998-2000) artinya
ketika melihat pase perjuangan HMI dapat kita ambil benang merah dari jarum
sejarah bahwa HMI bukan organisasi yang ecek-ecek tetapi organisasi perjuangan.
Pada tahun 1969-1970 HMI Cabang Ciputat telah berhasil menjadi
pioner dan menjadi tauladan untuk cabang-cabang lain masa itu di sebut sebagai
masa pergolakan pemikiran karna ketika melihat realitas yang semestinya HMI
cabang Ciputat telah melahirkan suatu ideologi besar yaitu nilai-nilai dasar
perjuangan yang di gagas oleh nur kholis madjid yang akrab di panggil cak noer .
selain itu HMI Cabang Ciputat di kenal sebagai HMI yang selalu mengedepankan
intelektualitas terlepas dari hal apapun baik dalam bidang keilmuan, politik dan sebagainya dan yang menjadi
catatan sejarah sampai saat ini adalah ketika tokoh dari Ciputat yang bernama kanda
Nurcholis Madjid ketika menjadi ketua umum PB HMI selama dua periode. Seiring berjalannya waktu Tradisi yang sudah
terbangun pun kini harus tenggelam dan terkikis. Oleh perdaban modern dewasa ini. Integritas keilmuan baik itu dalam bidang
kajian, politik maupun kajian-kajian
yang berbau intelektual hampir musnah, bahkan dikatakan musnah. Dan ini memang merupakan realitas yang tidak
bisa di pungkiri karena melihat mahasiswa hari ini cenderung hedonisme, apatis
dan acuh terhadap diskusi-diskusi.
Begitu pun dengan Komisariat Ushuluddin dan Filsafat (KOMFUF)
Cabang Ciputat yang harus terbelenggu melihat kader-kadernya yang keder dari
kegelapan terhadap sejarah HMI kegelapan akan konstitusi HMI kegelapan akan
misison HMI jika di telusuri satu persatu dari kader-kader HMI KOMFUF mungkin
ada yang masih gelap terhadap sejarah, mision dan konstitusi HMI dan ini bagi
penulis sendiri merupakan kekeroposan kader dan ketidakpedulian pengurus dalam
membimbing kadernya. satu keniscayaan ketika kader-kader gelap terhadap sejarah,
mision, konstitusi HMI kader harus berpaling dari rumahnya sendiri. karena kader
pun bingung harus berbuat apa? ketika komisariat tidak melaksanakan agenda yang
sudah di programkan misalnya Lembaga
riset mahasiswa Islam, kemudian blutin
mingguan dan bulanan, seminar nasional dan sebagainya. tiba-tiba harus melakukan kaderisasi gelombang
kedua bagi saya ini sudah memperkosa AD/ART HMI sendiri. Karena sejatinya kader HMI harus memahami dan
mengerti betul tentang lima materi wajib HMI yaitu : sejarah, konstitusi, mision,
Manajemen kepemimpinan organisasi, dan
nilai-nilai dasar perjuangan secara komperensif. kalau pun upgreding sudah di
laksanakan itu sangat kurang, mungkin karena
waktu yang sedikit, bahkan ironisnya
materi konstitusi HMI tidak di upgredingkan dan ini menghadirkan pertanyaan
besar bagi kader, ada apa di balik semua
ini ? apakah ini susah budaya atau bagaimana ? kalaupun demikian bagi
saya sendiri itu merupakan kesalahan besar. karena bicara AD/ART bicara aturan yang di
patuhi bukan bicara kebiasaan.
Salah kaprah ketika pengurus harus mengetakan setiap komisariat
mempunyai kultur masing-masing dalam Hal AD/ART. Jika saya analogikan bahwa jika dalam agama
yang menjadi patokan itu alquran dan Hadits, dalam negara itu pancasila dan UUD begitu
bpula dalam organisasi AD/ART. ketika
kaderisasi gelombang kedua terlaksana mau di bawa kearah mana kader ? HMI bukan
partai bung yang fokus untuk memenangkan pemira. tetapi HMI merupakan organisasi yang
mengedepankan intelektualitas. Dan HMI
mempunyai misi yang jelas , , “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang di ridhoi Allah awt”. Jika semua kader memahami misi HMI secara
komperensif dan universal niscaya kader tanpa di suruh diskusipun dia sudah
diskusi.
Dan HMI tidak mengedepankan kuantitas tetapi lebih mengedepankan
kualitas. untuk apa banyak kader ketika
tidak terakomodir. Toh sedikit kader
pun pengurus tidak mengakomodir
bagaimana ketika banyak ? sebetulnya kami diam bukan berarti kami tidak kritis
tetapi kami menghargai pengurus, karena
kami sebagai kader tidak akan mempunyai pemikiran kritis ketika kami tidak di LK
kan oleh kalian. Bahkan yang paling
ironis kader-kader baru tidak tau kepada pengurus komisariat secara keseluruhan.
inikan luar biasa. Kami dari mahasiswa
perbandingan agama menagih janji yang sudah di lontarkan kepada forum yang dijadikan
sebagai program kerja komisariat pada kepengurusan tahun ini.
*Penulis adalah Kader HMI KOMFUF.
Mahasiswa perbandingan agama,
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
UIN Jakarta.
Ciputat Kamis 18-April 2013
Yakin Usaha Sampai